Jumat, 14 September 2018

Peringati hari kunjung perpustakaan, Anak Punk gelar aksi pertunjukan baca 2 jam

Anda sedang pegang smart phone? lagi baca artikel yang bermanfaat? atau sekedar mainan? sedang komunikasi? atau sekedar bersenda gurau? tentu smart phone kini sudah menjadi kebutuhan hampir semua orang dewasa, bahkan beberapa anak usia SMP sudah terlihat membawanya, mungkin sengaja diberi kewenangan oleh orang tuanya untuk berkomunikasi dengan keluarga, atau kepentingan lainnya.

 








Namun mampukah kita mendisiplinkan diri untuk benar-benar menggunakannya untuk yang bermanfaat? atau hanya akan menguras waktu dan tenaga kita untuk sesuatu yang kurang bermanfaat.

Pengaruh internet sedikit banyak mempengaruhi minat baca di Indonesia. Sebanyak 132,7 juta orang Indonesia pada 2016 tercatat sebagai penngguna internet menurut data Perpustakaan Nasional, 86,3 juta jiwa berada di Jawa.

Perpustakaan Nasional juga sudah menghadirkan basis digital melalui aplikasi e-Pusnas dengan multy operating system degan multy device tablet atau smart phone. "Saat ini sudah ada 12834 judul dengan 125875 eksemplar buku aplikasi e-pusnas yang menjadi koleksi Perpusnas" papar Subekti Madriani, pustakawan Utama Perpus RI saat menjadi pembicara Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Provinsi dan Kabupaten/Kota tahun 2017.

Lalu membaca apa yang seharusnya dilakukan? Ada enam literasi dasar yang harus dikuasai orang dewasa menurut World Economic Forum, yaitu baca tulis, literasi numerasi, literasi finansial, literasi sains, literasi budaya dan kewarganegaraan, dan literasi teknologi informasi dan komunikasi atau digital.

Dilansir dari data penelitian yang dilakukan United Nations Development Programme (UNDP), tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Penmbangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 14,6%. Persentase ini jauh lebih rendah daripada Malaysia yang mencapai angka 28% dan Singapura yang mencapai angka 33%.

Menurut data statistik dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100%. Data ini jelas menunjukkan bahwa tingginya minat baca di Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia. (data studi Most Littered Nation In the World 2016)

Minat baca masyarakat Indonesia disebut masih rendah bila dibandingkan negara lain. Dari data Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata hanya tiga sampai empat kali per minggu. Sementara jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya lima hingga sembilan buku per tahun.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Pertama, belum ada kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak dini. Role model anak di keluarga adalah orang tua dan anak-anak biasanya mengikuti kebiasaan orang tua. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengajarkan kebiasaan membaca menjadi penting untuk meningkatkan kemampuan literasi anak.

Biasanya kita sering mendengar kata membaca sebagai hobi, sehingga orang masih menganggap sepele akan pentingnya membaca. Paradigma inilah yang harus diubah untuk menjadikan membaca sebagai kewajiban. 

Kedua, akses ke fasilitas pendidikan belum merata dan minimnya kualitas sarana pendidikan. Sudah menjadi fakta bahwa kita masih melihat banyak anak yang putus sekolah, sarana pendidikan yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar, dan panjangnya rantai birokrasi dalam dunia pendidikan. Hal inilah yang secara tidak langsung menghambat perkembangan kualitas literasi di Indonesia. 

Terakhir adalah masih kurangnya produksi buku di Indonesia sebagai dampak dari belum berkembangnya penerbit di daerah, insentif bagi produsen buku dirasa belum adil, dan wajib pajak bagi penulis yang mendapatkan royalti rendah sehingga memadamkan motivasi mereka untuk melahirkan buku berkualitas.

Untuk itulah, dalam rangka memperingati Hari Kunjung Perpustakaan yang diperingati setiap 14 September, Taman Baca Jalanan Alun-Alun Hanggawana Slawi yang dikelola oleh anak-anak Punk Slawi, menggelar kampanye "Ayo Baca Buku 2 jam sehari", pada Sabtu malam (15/9). Tepat di depan huruf timbul tulisan "Alun-Alun Hanggawana Slawi" itu, kampanye digelar dengan aksi pertunjukan seseorang yang memperagakan membaca buku selama 2 jam.

Pementas aksi, dari pegiat taman baca Bakti Membaca kota Tegal, dengan wajah penuh body paint berwarna putih, berseragam baju adat harian tegalan, menggambarkan bagaimana aktivitas seseorang membaca buku selama 2 jam dengan berbagai cara, posisi yang menurut dia nyaman, mencatat, diiringi lagu kesukaan untuk menambah suasana giat baca, bahkan sesekali melakukan relaksasi. Terlihat salah satu buku yang dibacanya itu adalah cerpen berjudul "cinta laki laki biasa" karya ketua Forum Lingkar Pena Tegal, Sutono.

Taman baca jalanan yang berdiri sejak 20 Maret 2018 ini buka setiap Kamis dan Sabtu sore, berisi kegiatan kemasyarakatan seperti menyediakan bacaan gratis, mewarnai gratis. Beberapa saat lalu taman baca jalanan ini juga pernah mengadakan gelar baca puisi dan pemutaran Film "Punk Masuk Desa" yang diputar serentak se Indonesia.

Semoga kiprah anak-anak Punk ini bisa menginspirasi untuk meningkatkan minat baca kita. "Ayo baca buku 2 jam sehari"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar